Lumajang, NOLAR.id โ Cerita kelam pertambangan pasir besi masih membekas di benak warga Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang. Mereka mengungkapkan kerugian akibat dikeruknya pasir besi masih terasa sampai sekarang.
Baca Juga : Cerita Perjuangan Warga Wotgalih Lumajang, Menolak Tambang Pasir
Sebagaimana diungkapkan salah satu pengelola Pantai Wisata Mbah Drajid Wotgalih, Usman Wahyudi seperti hilangnya gundukan pasir membuat warga was-was jika seumpamanya terjadi bencana tsunami. Apalagi melihat kawasan pesisir selatan Jawa sangat berpotensi terjadinya bencana alam tersebut.
โSekarang saja (gundukan pasir habis), angin ke perkampungan semakin kencang,โ terangnya beberapa waktu lalu kepada nolar.id. Makanya, dia menyebutkan warga akan menolak adanya aktivitas pertambangan sampai kapan pun.
Disisi lain, kata Usman, salah satu bentuk penolakan warga adalah dengan menjadikannya tempat wisata berkonsep ekonomi kemasyarakatan dan pelestarian lingkungan. Dengan harapan agar tidak menjadi incaran perusahaan tambang lagi dan semangat tersebut terus terpupuk kepada generasi selanjutnya.
Baca Juga : Warga Wotgalih Lumajang, Sulap Eks Tambang Pasir Jadi Wisata
Berkaca pada itu, semangat pelestarian lingkungan juga ditanamkan dalam pengelolaan Pantai Laskar Pelangi. Salah satu warga, Muhammad Ali Ridho mengatakan tempat wisata yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Jember ini baru ditata dan dikelola sejak Juni 2020 oleh warga yang tergabung dalam Kelompok Masyarakat (Pokmas) Laskar Pelangi.
Awalnya, dia menerangkan Pokmas Laskar Pelangi meninjau lokasi pantai yang belum memiliki nama dan tidak ada aktivitas apapun. Kemudian, karena banyak ditemukan pemandangan indah yang bisa dipoles menjadi lebih baik. Akhirnya, warga melakukan kerja bakti membersihkan lokasi pantai.
Setelah bermusyawarah, dia mengatakan Pokmas Laskar Pelangi mengambil kesepakatan untuk menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat wisata.
โKita sepakati namanya Pantai Laskar Pelangi. Sesuai dengan nama kelompok rekan-rekan. Tentu, untuk pengelolaannya bersama-sama,โ ungkapnya.
Ali menyampaikan konsep wisata yang diusung Pantai Laskar Pelangi juga tidak jauh berbeda dengan Pantai Mbah Drajid. Harapannya yaitu bisa membantu ekonomi masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
โKami tidak ingin, pantai yang masih belum disentuh oleh perusahaan tambang ini menjadi korban. Apalagi berdekatan dengan Jember yang rencananya akan ada penambangan. Makanya, kita jaga dengan dikelola menjadi wisata,โ tuturnya.
Sampai saat ini, Ali mengatakan Pokmas Laskar Pelangi fokus melakukan penataan. Beberapa diantaranya yaitu menyediakan fasilitas tempat duduk serta satu warung. Kedepannya, dia menyampaikan masih akan ditambah lagi beberapa fasilitas ketika sudah benar-benar tertata.
โAda juga yang berjualan di sana. Biasanya saat hari Sabtu dan Minggu,โ terangnya.
Seiring waktu, hadirnya Pantai Laskar Pelangi ini pun mulai tercium beberapa investor. Dia memaparkan kurang lebih ada empat investor yang pernah menghubungi dan siap menyumbang dana. Namun, rekan-rekannya berkomitmen tidak dibantu investor dan akan dikelola masyarakat sendiri.
โRekan-rekan khawatir akan terjadi perubahan besar-besaran yang malah merusak lingkungan,โ tuturnya.
Dia menyampaikan penataan kawasan Pantai Laskar Pelangi juga tidak jauh berbeda dengan Pantai Mbah Drajid Wotgalih. Fasilitas-fasilitas dibangun dengan bahan kayu dan bambu serta semi permanen.

โSaat ini, kita juga belum menarik retribusi alias gratis. Karena kan memang masih proses penataan,โ kata dia.
Sejauh ini, dia mengatakan ada beberapa kendala dalam penataan Pantai Laskar Pelangi. Khususnya sampah. Dia menyebutkan karena lokasi Pantai Laskar Pelangi adalah muara yang menjadi tempat pembuangan sampah dari hulu yang terbawa ke lokasi Pantai Laskar Pelangi.
Namun, hal itu menjadi tantangan besar bagi Pokmas Laskar Pelangi untuk mengedukasi masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah.
โIni tantangan besar kami untuk terus mengedukasi masyarakat melalui penataan Pantai Laskar Pelangi bahwa sungai dan laut bukanlah tempat sampah,โ ucapnya.
Disisi lain, dia menambahkan kehadiran Pantai Laskar Pelangi juga ingin mengedukasi semua masyarakat bahwa pembangunan wisata atau apapun juga harus memperhatikan aspek lingkungan. Jangan malah semena-mena merubah situasi dan kondisi alamnya.
โJika itu pasir ya pasir. Jangan diganti menjadi beton,โ tegasnya.
Sementara, dampak positif hadirnya Pantai Laskar Pelangi ini pun sudah mulai dirasakan warga. Sebagaimana diungkapkan salah satu pedagang bernama Mama Satruman. Wanita berusia 55 mengungkapkan bisa mendapatkan laba Rp 200 hingga Rp 300 ribu saat ramai pengunjung dan puluhan ribu saja saat sepi.
Dia mengatakan mulai berjualan di Pantai Laskar Pelangi sejak beberapa bulan lalu. Mulai berjualan sejak pukul 07.00 hingga 18.00 Wib.
โIya namanya juga masih penataan. Tapi, saya bersyukur ada pemasukan tambahan. Sebelumnya hanya petani biasa dan diam di rumah,โ ucapnya.
Baca Juga : Gotong Posko Ramai-Ramai, Warga Paseban Tolak Tambang
Sebagaimana diketahui, Pantai Laskar Pelangi juga berlokasi di Desa Wotgalih dan berjarak 7,4 Km dari Pantai Mbah Drajid. Pantai ini menawarkan beberapa keindahan alam seperti muara, pantai, danau, hutan bakau dan cemara. Pengunjung juga bisa berkeliling ke beberapa lokasi tujuan tersebut menggunakan perahu.